Rabu, 09 Juni 2010

PENTINGNYA PENGUKURAN PR (1), Berita Negatif dan Reputasi

Berita Negatif dan Reputasi

Kasus kredit macet pada awal tahun 2005 yang menyeret petinggi Bank Mandiri sebagai terdakwa menyebabkan bank ini menjadi bulan-bulanan di media massa, dan telah mengikis reputasi bank berpelat merah tersebut. Sebagai akibatnya, dan sebagai salah satu indikasi memburuknya reputasi Mandiri adalah harga saham juga ikut terpengaruh, merosot tajam.

Sehari setelah Menteri Negara BUMN Sugiharto menegaskan segera mengganti jajaran direksi bank tersebut, harga saham langsung merosot hingga mencapai harga Rp1.420 atau sebesar 24,64%. Tidak hanya itu, dikabarkan juga terjadi penarikan dana deposito dan tabungan secara besar-besaran dari bank ini.

Bank Mandiri tengah menjadi sorotan pemberitaan di media massa seputar masalah dugaan kredit macet yang melibatkan manajemen. Mei 2005 menjadi masa dimana Bank Mandiri sangat menjadi sorotan media massa. Hal ini bisa dilihat dari seringnya berita tentang Bank Mandiri menjadi headline di koran-koran terkemuka di Indonesia, seperti Kompas dan Media Indonesia.

Sebanyak 205 berita bernada negatif menerpa Bank Mandiri di April 2005. Berita mengenai beberapa debitor macet yang nilainya lebih dari Rp20 triliun, muncul di media-media nasional. Begitu juga sebanyak 127 berita mengenai temuan BPK dan penyidikan kejaksaan atas potensi kerugian negara dan berita pergantian direksi mewarnai pemberitaan di bulan April. Hampir semuanya senada,....negatif.

Bank Mandiri adalah bank BUMN terbesar di Indonesia, oleh karena itu tidak mengherankan jika issue mengenai Bank Mandiri adalah issue yang akan menarik perhatian banyak orang mengingat ada dua pihak penting yang terkait di dalamnya, yaitu pemerintah dan masyarakat.

Ini adalah puncak dari semua isu sepanjang awal tahun 2005. Semuanya dengan nada yang negatif penuh kecurigaan. Reputasi Mandiri menjadi pertaruhannya. Lalu apakah semua ini merupakan musibah atau bahkan menjadi berkah untuk Bank Mandiri?

Bagi PR-ers, suatu krisis bisa mendatangkan musibah, ketika mereka tidak siap dengan pemecahannya. Namun bagi sebagian PR-ers lainnya, krisis yang menimpa perusahaan, akan menjadi kenikmatan tersendiri. Mereka seperti bangun dari mati. Semangat kembali bangkit, setelah mungkin dalam beberapa tahun duduk manis dan bekerja secara rutin. Ada sesuatu yang besar yang bisa mereka sumbangkan. Itu harapan bagi PR-ers yang suka tantangan dan paham bahwa bagaimana mengangkat derajat PR.

Tidak ada komentar: