Selasa, 01 Juni 2010

TERJEBAK

Perjalanan yang biasanya ditempuh 5 menit, malam itu, terasa sangat melelahkan. Jarak 6 kilometer, terpaksa kunikmati hampir satu jam bersama supir taxi.

Apes....bener-bener apes........, tak hanya itu, kereta pun tidak mau menunggu. Jam 23.15 merupakan jadwal terakhir jurusan Palmerah - Serpong, dan menjadi kereta pilihan terakhir yang membawaku ke stasiun Sudimara Ciputat.

Sore itu, Jakarta diguyur hujan besar. Beberapa sudut kota, digenangi air dan seperti biasa 'lampu merah' sudah pasti tidak berfungsi. Bahkan bapak polisi yang biasanya berjaga, sudah tidak lagi menampakkan dirinya.

Satu kata, yang pasti sudah sangat melekat dan akrab di telinga warga ibu kota yaitu TERJEBAK. Dua setengah jam lamanya, satu jam di dalam taxi dengan ongkos 50 ribu rupiah dan ditambah secangkir kopi panas dan dua batang Djie Sam Soe untuk satu setengah jam di stasiun Palmerah. Huiiiiihhhhh......., sangat melelahkan, hampir sama jarak tempuh Jakarta Bandung.

Para PR-ers, sering terjebak dengan kesehariannya. Pekerjaan PR menjadi seperti 'Pemadam Kebakaran'. Tak sedikit PR-ers yang berkomunikasi dengan media hanya disaat-saat mereka membutuhkan publikasi.

Hubungan yang seharusnya dijalin secara berkesinambungan untuk mendapatkan kesepahaman, bukan lagi menjadi suatu hal yang harus dijalankan secara substansial.

PR-ers yang terjebak dalam kesehariannya, bekerja secara reaktif. Strategi, program dan taktik komunikasi dilupakan. Kreativitas menjadi tumpul. Tidak jauh beda dengan keterjebakan yang terjadi dalam kemacetan di taksi, seperti awal tulisan ini.

Akhirnya, PRers menjadi tidak produktif dan jangan mengharap exposure dan publicity datang dengan hasil yang optimal.

Tidak ada komentar: